Monday, September 12, 2011

Natuna, Atlantis yang Hilang?

Pantai Natuna
Hamparan batu di sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Natuna, terutama di sepanjang Pantai Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, nampak sangat eksotis. Batu-batu berukuran sangat besar, pantasnya dibilang berukuran raksasa, memberi pesona tersendiri bagi yang memandangnya.

Masyarakat pesisir sekitar sendiri tidak tahu dari mana asal usulnya batu-batu tersebut. Tetapi yang pasti, keberadaan batu-batu raksas tersebut, menjadi pemikat tersendiri bagi para turis, baik lokal maupun manca negara yang sengaja singgah ke Natuna untuk melihat pemandangan eksotis tersebut.
Cerita legenda bebatuan bertenger rapi di bibir pantai semenanjung Ujung utara Indonesia sangat ramai dijumpai terlebih dekat pingiran pantai desa  tanjung kecamatan Bunguran timur laut Kab natuna. 

Apabila kita melihat panorama pantai dari puncak Jalan Senubing,  lokasinya persis di radar 212 TNI AU, sangat jelas terpampang hamparan batu berukuran raksasa disana, menikmatinya sungguh menjadi pengalaman tersendiri. Hingga kini belum ada yang bisa menjelaskan dari mana asal batu itu muncul. Anehnya, batu-batu itu tidak hanya muncul di satu tempat, melainkan muncul di sepanjang pantai di Natuna.

Bentuk batu yang besar berwarna hitam dengan ketinggian dan diameter kurang lebih mencapai puluhan meter ini membuat orang yang melihat terkesima, sambil berkata dalam hati, dari mana asal batu itu muncul. Jika diperhatikan lebih lanjut hamparan batu tersebut tidak hanya berjumlah ratusan tapi jutaan batu.

Atlantis yang Hilang?
Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik. Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

“Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Seperti dikutip dari dithaisper.blogspot.com

Salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis jika memang benar adalah Pulau Natuna, masuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.

Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, segambar dengan bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.

Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.

Bicara soal keberadaan batu, masyarakat di daerah ini sangat bersyukur dengan munculnya batu-batu, karena selain membantu memberikan perlindungan dari ancaman gelombang laut seperti tsunami, batu-batu itu  juga bisa mereka manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti dengan cara dibakar, dipecah lalu dijual.
Batu Granit

Ternyata di balik keunikan batu tersebut dari Kualitas batu hitam atau yang di kenal dengan sebutan granit yang ada di kampung Rujin Padang Bulu desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, ternyata berkualitas ekspor. Hal ini terlihat dari kandungan batu granit yakni Plagioklas, Alkali fedsfar dan Kuarsa. Dengan kandungan ini, batu granit lebih keras dengan corak warrna hitam kehijauan.

Menurut salah seorang pengusaha tempatan, Raja Paat, kualitas batu granit tersebut diketahui setelah dilakukan uji lab ke ITB, Bandung. Penelitian dilakukan tahun 1992 oleh Prof Muhammad Yasin yang merupakan ahli geologi ITB.

“Kandungannya membuat batu granit Natuna bisa bersaing di pasaran Internasional khususnya batu granit asal RRC, yang kini menguasai pasar batu granit dunia,” ungkap Raja Paat, yang memprakarsai penelitian tersebut.

Dijelaskan, hasil uji lab menyebutkan bahwa ada 17 poin keunggulan batu granit Natuna dari batu granit RRC. Utamanya adalah kilauan batu atau star lihgt yang lebih terang.

Sedangkan kekerasannya disebutkan 6 kali lebih keras dari kekerasan batu granit yang beredar di pasaran dunia. Selain itu, batu granit Natuna, dua per tiganya mengandung Alkali Feldsfar.

“Selama tahap kristalisasi akhir, pada batu granit Natuna akan terbentuk ortoklas dan plagioklas. Pada bagian tengah mineral terdapat alkali feldsfar sedangkan bagian tepinya terdapat plagioklas. Selain itu, mineral maficnya berupa biotic coklat dengan inkluksiapatit zikronallanit dan kandungan biji besi dalam jumlah sedikit,” teranguya.

Paat mengungkapkan, pasar dunia sangat membutuhkan Tile Granit untuk kebutuhan arsitektur gedung penganti keramik maupun marmer batu granit. Tile granit yang ada di pasaran dunia ada tiga tipe yakni hitam, hijau dan merah. Dari tiga tipe tersebut yang paling banyak diminati adalah berwarna merah dan hijau. Sedangkan batu granit Natuna merupakan tipe granit Hitam Kehijauan.

Paat yakin, jika pengelolaan batu granit di Natuna dilakukan secara modern, maka akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Karena itu, ia tengah berupaya menggandeng investor untuk mengembangkan bisnis penambangan batu granit di Natuna.

Hanya saja, sejauh ini, belum ada investor yang berminat. Untuk itu, Paat mengharapkan peran pemerintah daerah untuk mendatangkan investor penambangan batu granit ke Natuna.

Paat menyebutkan bahwa di Natuna terdapat ladang batu granit seluas 1.000 Ha lebih. Hamparan batu granit tersebut tersebar di penjuru daratan dan pantai yang ada Rujin Padang Bulu Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur.

Paat menambahkan, selama ini, perhatian pemerintah terhadap potensi batu granit Natuna masih minim. Ini membuat masyarakat tempatan menganggap batu granit yang ada kurang bernilai. Masyarakat hanya memecah batu menjadi kerikil, untuk kemudian dijual ke pasaran.

“Padahal, jika batu tersebut dikelola secara modern, bisa menghasilkan rupiah 10 kali lipat. Misalnya dipotong dengan alat pemotong Slad Mitord, tentu bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik sehingga nilai jualnya lebih tinggi,” tambah Paat.

Paat berharap adanya perhatian Pemkab Natuna untuk mendatangkan investor agar masyarakat bisa mendapatkan kesempatan serta lapangan pekerjaan. Sebagai contoh adalah Pemkab Karimun yang berhasil mendulang PAD ratusan miliar dari tambang batu granit yang ada.

0 comments:

Post a Comment